Selasa, 22 Februari 2011

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan

A. Pendekatan Teori Psikologi Lingkungan

Ada 3 orientasi teori besar dalam psikologi lingkungan yang menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. Pertama, perilaku disebabkan oleh faktor dalam (deterministik). Dua, perilaku disebabakan faktor lingkungan atau proses belajar. Ketiga, perilaku disebabkan interaksi manusia-lingkungan.
Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan yaitu : Teori Arousal, Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Tingkat Adaptasi, Teori Stres Lingkungan, dan Teori Ekologi.

1. Teori Arousal (Arousal Theory)
Arousal (pembangkit) : tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosi. Teori ini berpendapat bahwa emosi tingkat tinggi dalam keterbangkitan seperti : kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah seperti : kesedihan dan depresi (Dwi Riyanti dan prabowo, 1997). Dalam psikologi lingkungan hubungan antara arousal dengan kinerja.
Menurut Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi muncul pada saat tidak diharapkan atau pada saat rintangan yang tertantang untuk mencapai tujuan yang menimbulkan pengalaman emosional. Perubahan emosi yang secara ekstrim seperti : bergembira dan bergairah pada saat tertentu atau perasaan dukacita. Mandler menamakan sebagai teori interupsi. Manusia memiliki motivasi untuk mencapainya yang disebut “dorongan-keinginan otonomik” fungsinya untuk memunculkan arousal sehingga dapat berubah-ubah dari aktifitas ke satu aktifitas lainya
Menurut sarwono, 1992 dalam psikologi lingkungan hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dijelaskan : tingkat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, makin tinggi tingkat arousal akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula.

2. Teori Beban Stimulus (Stimulus Load Theory)
Teori beban stimulus adalah adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Menurut Cohan (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) input (masukan) yang melebihi kapasitas akan cenderung untuk mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak ke hal lain. Jika kelebihan kapasitas sehingga individu tidak mampu lagi mengatasi kognisinya, maka menyebabkan individu mengalami gangguan kejiwaan seperti merasa tertekan, bosan, dan tidak berdaya. Manusia akan memilih stimulus mana yang akan dipriotaskan atau diabaikan untuk menentukan reaksi-reaksi positif dan negatif terhadap lingkungan.
Teori ini juga mempelajari pengaruh stimulus lingkungan yang kurang menguntungkan. Perilaku-perulaku yang muncul dalam situasi tertentu ada yang understimulus ataupun berbalik menjadi overstimulus.

3. Teori Kendala Perilaku (Behavioral Constrain Theory)
Teori Kendala Perilaku membahas tentang kenyataan, atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu terhadap lingkungan. Menurut Stokols (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) lingkungan dapat mencegah, mencampuri, atau membatasi membatasi perilaku penghuni. Teori ini berkenyakinan dalam situasi tertentu seseorang benar-benar kehilangna beberapa tingkat kendali lingkunganya.
Brem-brem (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) memiliki enomena ini beistilah reakstansi psikologi (psycological reanctance). Berpendapat ketika merasakan bahwa kita sedang kehilangan kontrol atau kendali terhadap lingkungan, berawal dari merasa dalam diri yang tidak nyaman kemudian mencoba menekankan lagi fungsi kendali kita.
Sarwono (1992) menjelaskan situasi yang tidak menyenangkan jika pilihan alternatif tidak ada, atau bertingkahlaku alternatif lain yang dicoba untuk dikakukannya ternyata gagal dalam mengatasinya dan terjadi berulangkali, maka akan memunculkan perasaan putus asa ataupun tidak berdaya. Ketidakberdayaan inilah yang disebut learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari).

4. Teori Tingkat Adaptasi
Sarwono (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) teori tingkat adapatasi lebih membicarakan secara spesifik, yaitu 2 proses yang terkait pada hubungan tersebut:
a. adaptasi adalah mengubah tingkah laku atau respon-respon agar sesuai dengan lingkunganya, misalnya dalam situasi yang keadaan dingin atau suhu menurun yang menyebabkan terjadinya otot kaku dan dapat menurunkan aktifitas motorik.
b. Adjustment adalah mengubah lingkungan supaya menjadi sesuai dengan lingkunganya, misalnya keadaan dingin bisa saja orang membakar kayu untuk memenaskan tubuhnya. Salah satu cara tersebut dilakuakan seseoarang supaya tercapainya keseimbangan dengan lingkungannya (homeostatis).
Teori ini mirip dengan teori stimulus berlebihan, menjelakan bahwa suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku. Nilai lain pada pendekatan ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu. Tingkat adaptasi dimana pada akhirnya individu terbiasa dengan lingkunganya atau tingkat pengharapan individu pada kondisi lingkungan tertentu. Bahkan pendekatan ini ketika menghadapi lingkungan yang sama akan memunculkan respon yang berbeda-beda.
Sarwono (1992) terdapat 3 katagori stimulus yang dijadikan acuan dalam psikologi lingkungan dengan tingkah laku yaitu : Stimulus fisik yang merangsang indra (suara, cahaya, suhu udara), Stimulus sosial dan gerakan. Dari ke tiga stimlus mengandung dimensi yaitu : intensitas,diversitas,dan pola

5. Teori stres lingkungan
Teori stres menekankan pada mediasi peran-peran, fisiologi, kognisi dalam interaksi antara manusia dan lingkungan. Pengindraan manusia dimana suatu respons stres yang terjadi pada segi-segi lingkungan melebihi tingkat optimal dan manusia itu akan merespons berbagai cara untuk mengurangi stres. Menurut (Sarwono,1992) reaksi waspada (alarm reaction) terhadap stresor dapat berupa meningkatnya denyut jantung atau meningkatnya adrenaliin, sementara reaksi penolakan dapat berupa tubh menggigil kedinginan atau berkeringat kepanasan. Suatu bentuk coping, ketika individu akan bereaksi terhadap stresor, individu menghindar dan menyerang secara fisik atau verbal, atau mencari kompromi.

6. Teori ekologi
Menurut pemikiran oara ahli teori ekologi adalah gagasan tentang kecocokan manusia dengan lingkungan. Menurut Roger (dalam Sarwono, 1992) tingkah laku tidak hanya ditentukan dari gagasan kecocokan manusia dengan lingkungan, melainkan keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.
Menurut baker hubungan tingkah laku dengan lingkungan adalah seperti dua arah atau interpendensi ekologi dan mempelajari hubungan timbal balik antara lingkungan dengan tingkah laku. Pada teori baker terdapat seting perilaku adalah pola tingkah laku kelompok bukan individu yang terjadi akibat kondisi lingkungan tertentu (physical milleu).
Dikatakan oleh Vitch dan Arkkelin (1995) bahwa belum ada grands theories psikologi terdiri dalam psikologi lingkungan dan yang baru ini dalam tataran mini. Beberapa teori ini dari dasar empiris tetapi kurang didukung dari data empiris dan metode penelitian yang digunakan belum konsisten. Olehkarena itu 3 orientasi teori psikologi yang slanjutnya akan dipaparkan secara mendalam mengenai teori mini dalam psikologi. Salah satu teori medan Kurt Lewin dengan bermula B=f (E,O). Perilaku merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme. Berdasarkan premis dasar muncul beberapa teori mini seperti : teori beban lingkungan, teori hambatan perilaku, teori level adaptasi. Teori stres lingkungan dan teori ekologi.
Yang berbeda dari teori sebelumnya, akan dijelaskan adalah
Teori Beban lingkungan
Premis dasar teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas terbatas. Menurut Cohen ada 4 dasar teori ini yaitu :
a. Manusia mempunyai kapasitas yang terbatas dalam pemrosesan informasi.
b. Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, pemrosesan perhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
c. Ketika stimulus sedang berlangsung diperlukan respon adaptif yaitu stimulus akan di evaluasi melalui proses pemantauan dana keputusan dibuat atas dasar respon pengatasan masalah
d. Jumlah perhatian yang diberikan orang tidak konstan sepanjang waktu tetapi tidak sesuai kebutuhan.

B. Metode Penelitian Dalam Psikologi Lingkungan

Veitch dan Arkkelin (1995) ada 3 metode yang biasa digunakan dalam psikologi lingkungan. Ketiga metode penelitian itu adalah: Eksperimen Laboratorium, Studi Korelasi, dan Eksperimen Lapangan.

a) Eksperimen Laboratorium
Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti memiliki perhatian terutama yang berhubungan dengan tingginya validitas internal, maka eksperimen laboratorium merupakan pilihan yang biasa diambil. Metode ini memberikan kebebasan kepada eksperimenter untuk memanipulasi secara sistematis variabel yang diasumsikan sebagai penyebab dengan cara mengontrol kondisi-kondisi secara cermat yang bertujuan untuk mengurangi variable-variabel yang mengganggu (extraneous variables). Metode eksperimen laboratorium juga mengatur pengaruh manipulasi-manipulasi tersebut. Dengan ini, maka hasil pengumpulan data adalah benar-benar variabel yang telah dimanipulasikan oleh eksperimenter. Metode ini memilih subjek secara random dalam kondisi eksperimen, jadi setiap subjek memiliki kesempatan yang sama dalam setiap kondisi eksperimen.

b) Studi Korelasi
Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi, maka seorang peneliti dapat menggunakan variasi-variasi dari metode korelasi. Pada metode ini, studinya dirancang untuk menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam nyata yang tidak dibebani oleh pengaruh pengumpulan data.
Ketika korelasi digunakan, maka tidak ada penyimpulan yang dimungkinkan, karena hanya diketahui dari dua atau lebih variabel yang berhubungan satu dengan yang lain. Sebagai contoh, seorang peneliti dapat menentukan bahwa kepadatan penduduk berhubungan dengan bermacam indikator dari patologi sosial dengan menggunakan metode korelasi, tetapi dia tidak dapat memberikan pernyataan bahwa kepadatan penduduk menyebabkan patologi sosial. Berbeda dengan eksperimen laboratorium, studi korelasi meminimalkan validitas eksternal tetapi seringkali validitas internalnya lemah.

c) Eksperimen Lapangan
Veitch dan Arkkelin (1995), jika seorang peneliti ingin menyeimbangkan antara validitas internal yang dapat dicapai melalui eksperimen laboratoruim dengan validitas internal yang dicapai melalui studi korelasi, maka dia dapat menggunakan eksperimen lapangan sebagai metode campurannya. Dengan menggunakan metode ini, eksperimenter secara sistematis memanipulasi beberapa faktor penyebab yang diajukan dalam penelitian dengan mempertimbangkan variabel eksternal dalam suatu seting tertentu.
Untuk mencapai pengertian ilmiah terhadap suatu fenomena, seorang ilmuwan tidak hanya mengembangkan teori serta mengamati segala yang menjadi minatnya. Namun juga menentukan metode terbaik, baik untuk menguji teori maupun tujuan pengamatan. Pada analisis terakhir, peneliti harus menentukan tujuan spesifik penelitian kemudian memilih metode yang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Senin, 14 Februari 2011

pengantar psikologi lingkungan

Psikologi Lingkungan

A. Latar belakang Sejarah psikologi lingkungan
Pada tahun 1943 Kurt Lewin memberikan istilah Psychological Ecology (Ekologi Psikologi). Egon brunswik dengan beberapa mahasiswa mengajukan istilah lagi yaitu Ecological Psychologi (psikologi ekologi.
Pada tahun 1947 Roger Barker dan Herbert Wright untuk suatu unit ekologi kecil yang melikupi prilaku manusia sehari-hari memperkenalkan istilah Behavioral Setting (Seting Perilaku).
Tahun 1961 dan 1966 pertama kali ketika di adakan konferensi pertama di utah memperkenalkan istilah Architektural Psychology (Psikologi Arsitektur). Namun banyak yang menggunakan istilah “Environment and behavior” lingkungan dan tingkah laku pada tahun 1960’an.
Baru pada tahun 1968 Harold proshansky dan william ittelson yang memperkenalkan program tingkat doktoral di bidang Environmental Psychology di CNUY.
Krut Lewin pertama kali memperkenalkan Field Theory (Teori Medan) yang mengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan. Teori ini mempertimbangakan interaksi antara lingkungan dan manusia. Dalam rumusannya TL = f(P.L).
TL = tingkah laku, f = fungsi , P = pribadi, L = lingkungan
Masing – masing komponen tersebut mempunyai kekuatan-kekuatan yang terjadi pada medan interaksi , yaitu daya tarik, daya mendekat, daya tolak dan daya menjauh.

B. Definisi Psikologi Lingkungan
Beberapa tokoh akan mendefinisikan psikologi lingkungan yang memiliki beragam batasan, yaitu :
1. Heimasta dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) : Psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik.
2. Gifford (1987) : Psikologi lingkungan adalah sebagai studi dari transaksi diantara individu dengan seting fisiknya. Transaksi yang terjadi pada individu akan mwngubah lingkungan dan sebaliknya individu di ubah oleh lingkungan. Jadi manusia dan lingkungan akan saling mempengaruhi.
3. Ahli lain Canter dan Craik (dalam Prawitasari, 1989) : Psikologi lingkungan adalah area psikologi yanga melakukan konjungsi dan analisis tentang transaksi hubungan antara pengalaman dan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan lingkungan sosio fisik.
4. Emery dan Tryst (dalam Soesilo, 1989) : Psikologi lingkungan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan yang merupakan suatu jaringan transactional Interdependen menjadi ketergantungan satu sama lain.
5. Veicth dan Arkkelin (1995) : Psikologi lingkungan adalah ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapi yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.

Veitch dan Arkkelin (1995) membahas unsur-unsur dari pengertian psikologi lingkungan yaitu, perilaku manusia, perspektif disiplin ilmu dan masalah teori atau praktek.
1. Para ahli psikologi menjabarkan perilaku psikologi dengan proses-proses fisiologi, psikologi, dan perilaku manusia.
a. Proses fisiologi meliputi : detak jantung, respon kulit galvonis, reflek, dsb.
b. Proses psikologi meliputi : stres, perubahan sikap, kepuasan, dsb.
c. Proses perilaku meliputi : agresi, kinerja, alturisme, dsb.

2. Dalam penelitiannya mengunakan perspektif interdipliner, dalam kaitanya psikologi lingkungan dengan perilaku manusia, maka disebutkan sejumlah teori dimana dalam perspektif ini, antara lain : metodologi dan geofisika, kimia, fisika, arsitek dan biologi. Menurut Veitch dan Arkkelin yang terlibat didalamnya antara lain :
• Geografi : beberapa ahli sejarah dan geografi mencoba menerangkan jatuh bangunnya peradapan disebabkan oleh karakteristik lingkungan. Sebagai contoh, Thoybe mengembangkan teori bahwa lingkungan adalah tantangan bagi penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan menimbulkan rusaknya peradaban. Sedangkan yang kecil hanya akan mengakibatkan stagnasi kebudayaan. Tantangan tingkat menengah juga dapat mempengaruhi perkembangan peradaban.
Kaeakteristik lingkungan seperti : spesifik topologi, iklim, vegestasi, ketersedian air, dsb.
• Biologi Ekologi : perkembangan teori-teori ekologi adanya ketergantungan biologi dan sosiologi yang berkaitan hubungan antara manusia dengan lingkungan. Dengan berkembangnya ilmu ekologi, seorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya, hubungan saling tergantung antara manusia dengan lingkungan.
• Behaviorisme : pemikiran yang datang dari cabang disiplin psikologi sendiri adalah behaviorsme. Pemikiran behaviorisme muncul sebagai reaksi atas kegagalan teori-teori kepribadian untuk menerangkan prilaku manusia. Pada saat ini secara umum dapat diterima bahwa dua hal penting yang menjadi pertimbangan adalah korteks lingkungan dimana suatu perilaku muncul dan variabel-variabel personal seperti kepribadian dan atau sikap. Dua hal ini akan lebih dapat diramalkan suatu fenomena manusia dengan lingkungan daripada jika dibuat pengukuran sendiri-sendiri.
• Psikologi gestalt : berkembangnya psikologi ini berbarengan dengan behaviorisme bahkan psikologi gestalt lebih menekankan pada persepsi dan kognisi sebagai perilaku yang tampak (overt behavior). Psikologi gestalt mempunyai prinsip penting yaitu, objek-objek, orang-orang, dan seting-seting dipersepsi sebagai suatu keseluruhan. Perilaku didasarkan dari proses kognitif bukan dipengaruhi oleh proses stimulus tetapi dari persepsi terhadap stimulus. Pengaruh psikologi gestalt pada psikologi lingkungan antara lain, menjelaskan persepsi, berfikir dan pemerosesan informasi lingkungan.

C. Ruang lingkup
Menurut Proshansky (1947), psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia, tempat, serta perilaku dan pengalaman manusia yang berhubungan dengan setting fisik. Setting fisik disini bukan hanya berupa rangsangan fisik, tetapi juga termasuk sebuah kompleksitas yang terdiri dari beberapa setting fisik dimana seseorang tinggal dan melakukan aktivitasnya. Sehubungan dengan itu, bisa dikatakan pusat perhatian psikologi lingkungan adalah lingkungan binaan atau built environment.
Lebih jauh, pembahasan mengenai lingkup psikologi lingkungan juga mencakup :
1. Rancangan (desain)
2. Organisasi & pemaknaan
3. hal-hal spesifik seperti : ruang kamar, perumahan, pemilihan warna, pesawat, seting kota, tempat rekreasi, hutan alami.
Pada era ‘70-an, muncul istilah Sosiologi Lingkungan. Perbedaan pada unit analisanya seperti :
• Psikologi Lingkungan adalah pada unit analisisnya : kumpulan manuisa sebagai individu.
• Sosiologi Lingkungan : unit-unit dalam masyarakat (lebih ke sosial)
• Psikologi Lingkungan : manusia dan kumpulan manusia sebagai individu (lebih ke individu)

Ada 4 jenis lingkungan dalam Sosiologi Lingkungan yang sering juga dipakai dalam Psikologi Lingkungan, terutama 2 poin pertama :
1. Natural Environment : laut, hutan, pegunungan, gurun, dsb
2. Built Environment : jalan raya, apartemen, taman kota, lapangan bola, dsb
3. Social Environment
4. Modified Environment
D. Ambient Condition & Architectural Features
Hubungan dengan lingkungan fisik menurut Wrightman & Deaux terdapat 2 bentuk kualitas:
1. Ambient Condition : Kualitas fisik keadaan sekitar individu
misalnya : sound, cahaya, warna, temperatur, dsb
3. Architectural Features : mencakup setting-setting yang bersifat permanen. Suatu ruangan antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta peralatan perabotan dan dekorasi

Sumber :
Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf