Rabu, 09 Maret 2011

KEPADATAN

A. Definisi Kepadatan adalah :

- Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (Sundstrom, dalam Wrightsman & Deaux, 1981).
- Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).
- Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

Akibat negatif dari Kepadatan
Penelitian menurut Bell (dalam Setiadi, 1991) mencoba merinci manusia yang merasakan dan reaksi terhadap kepadatan yang terjadi. Hal-hal yang negatif akibat dari kepadatan yaitu :
1. Ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan keseharan atau peningkatan pada kelompok manusia.
2. Peningkatan agresivitas pada anak-anak dan orang dewasa menjadi sangat menurun bila kepadatan tinggi sekali (high spatial density)
3. Terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan. Penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil kerja yang kompleks.

B. katagori Kepadatan :

- Menurut Holahan (1982) yaitu :
1. Kepadatan Spasial (Spatial Density) terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang.
2. Kepadatan Spasial (Spatial Density) terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

- Menurut Altman (1975) yaitu :
1. Kepadatan Dalam (Inside Density) yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruangan atau tempat tinggal seperti kepadatan di dalam rumah, kamar, dsb.
2. Kepadatan Luar (Outside Density) yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.

- Menurut Jain (1987) yaitu :

Setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian dan struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman dapat dikatakan mempunyai kepadatan tinggi atau kepadatan rendah.


- Menurut Zlutnick dan Altman (dalam Altman, 1975; Holahan, 1982) menggambarkan sebuah model dua dimensi untuk menunjukkan beberapa macam tipe lingkungan pemukiman yaitu :
1. Lingkungan Pinggiran Kota, yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang rendah.
2. Wilayah desa miskin di mana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan luar rendah.
3. Lingkungan mewah perkotaan, dimana kepada dalam rendah sedangkan kepadatan luar tinggi.
4. Pekampungan Kota ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang tinggi.
A.

- Menurut Taylor (dalam Gifford, 1982) yaitu :
Lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaharui sikap, perilaku, keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal. Oleh karena itu individu yang bermukim di pemukiman dengan dengan kepadatan yang berbeda mungkin menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda pula.

C. Akibat dari Kepadatan Tinggi

Rumah dan Lingkungan pemukiman akan memberikan pengaruh psikologis pada individu yang menempatinya, para ahli mengemukakan akibat dari kepadatan yang tinggi yaitu:

- Menurut Taylor (dalam Gifford, 1982) berpendapat bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaharui sikap, perilaku, dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal. Rumah dan lingkungan pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang baik dan nyaman seperti memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberikan kepuasan psikis pada individu yang menempatinya.

- Menurut Schorr (dalam Ittelson, 1974) mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, stres dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal disana (Ittelson, 1974).

- Menurut Penelitian Valins dan Baum (dalam Heimstra dan MacFarling, 1978) menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kepadatan dengan interaksi sosial. Para mahasiswa yang bertempat tinggal di asrama yang padat sengaja mencari dan memilih tempat duduk yang jauh dari orang lain, tidak berbicara dengan orang lain yang berada di tempat yang sama. Dengan kata lain mahasiswa yang tinggal di tempat padat cenderung untuk menghindari kontak sosial dengan orang lain.

- Akibat secara Fisik yaitu : reakasi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan MacFarling, 1978).

- Akibat secara Sosial yaitu : adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan MacFarling, 1978; Holahan, 1982; Gifford, 1987).

- Akibat secara Psikis yaitu:
1. Stress, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif, rasa cemas, stress (Jain, 1987) dan perubahan susana hati (Holahan, 1982).
2. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan MacFarling, 1978; Holahan, 1982; Gifford, 1987).
3. Perilaku menolong (perilaku prososial), kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untuk menolong atau memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan, 1982; Fisher dkk., 1984).
4. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu (Holahan, 1982).
5. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan MacFarling, 1987; Holahan. 1982).


prabowo, H .1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gunadarma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar