proses dasar dalam kelompok
Robbins dalam bukunya menggambarkan bahwa proses terbentuk dan berprestasinya sebuah kelompok terdiri dari tahap – tahap:
1. Forming : Tahap ini adalah fase pembentukan di mana semua anggota kelompok penuh keceriaan dan hubungan harmonis yang terjadi di antara mereka,seperti sedang berbulan madu.
2. Storming : Pada tahap ini mulailah terjadi pertengkaran dan perselisihan karena berbagai sebab. Penyebab pertama bisa saja karena visi, tujuan, dan sasaran yang harus dicapai tidak jelas atau kelompok lalu bersifat heterogen, yakni mempunyai kepentingan masing – masing yang berbeda. Tetapi semuanya mungkin bersumber pada kualitas kepemimpinan yang kurang efektif . Dalam tahap ini, bisa saja kelompok yang baru dibentuk bubar atau di reshuffle. Contoh adalah Kabinet Persatuan Nasional dalam Era Reformasi yang hanya bertahan 11 bulan.
3. Norming : adalah tahap di mana anggota kelompok mulai cooling down dan menyepakati norma dan aturan main yang akan mereka jadikan pegangan sehingga semua perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan mudah dan semua kepentingan anggota dapat dipenuhi.
4. Performing : Pada fase ini, kelompok telah berhasil menyelesaikan fase norming dan mulailah mereka bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepkati bersama.
tentu sajaselalu ada kecualian. Ada kelompok yang tidak melewati fase storming dan fase norming (yang sudah diselesaikan pada saat pembentukan kelompok)sehingga mereka langsung ke tahap performing
(Sukses sebagai manajer profesional tanpa gelar MM atau MBA)
(Oleh Achmad S. Ruky)
Kamis, 28 Oktober 2010
Psikologi masa
A. Definisi
1. Psikologi Massa
a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi).
b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972).
2. Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
B. Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)
1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbul :
• ada kejadian menarik
• individu mendapat ancaman
• kebutuhan tidak terpenuhi
2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri:
• adanya kesatuan mind dan sikap
• adanya ikatan batin dan persamaan norma
• ada struktur yang jelas
• bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas
Massa Abstrak Massa Kongkret
Ego pribadi Ego massa
Tercermin dalam diri pemimpin Kepentingan masih kritis, masih kongkret
Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai
hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah
menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah
menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya
bekas.
C. Massa Aktif dan Massa Pasif (Park dan Burges)
1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi,
yaitu:
• adanya problem yang cukup serius
• upaya penyelesaian problem yang tertunda
• adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus
diselesaikan
Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
• perasaan tidak puas
→ bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →
jika sudah matang ‘massa’
• tekanan jiwa masyarakat
→ memuncak dan meledak
2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang-
orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang
berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll
D. Gerakan Massa
Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif
→ merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo
→ mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner
→ orang yang bersikap untung-untungan
→ lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan
Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan
Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan
individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang
pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam
kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan
secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan,
terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan
muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi
manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongan-
dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan
pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the
ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya
terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the
super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang
merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota
masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang
baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu
berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai
perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari
bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan
merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat
muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah
dalam massa.
Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju
E. Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan
irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi
Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai
tujuan tersebut
Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan
sehingga pertimbangan kritis hilang
Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa
Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis
tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu,
yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung
dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya
melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.
Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan
collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon
dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law
mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa.
Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective
mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity),
tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan
(feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
1. Psikologi Massa
a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi).
b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972).
2. Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
B. Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)
1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbul :
• ada kejadian menarik
• individu mendapat ancaman
• kebutuhan tidak terpenuhi
2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri:
• adanya kesatuan mind dan sikap
• adanya ikatan batin dan persamaan norma
• ada struktur yang jelas
• bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas
Massa Abstrak Massa Kongkret
Ego pribadi Ego massa
Tercermin dalam diri pemimpin Kepentingan masih kritis, masih kongkret
Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai
hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah
menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah
menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya
bekas.
C. Massa Aktif dan Massa Pasif (Park dan Burges)
1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi,
yaitu:
• adanya problem yang cukup serius
• upaya penyelesaian problem yang tertunda
• adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus
diselesaikan
Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
• perasaan tidak puas
→ bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang →
jika sudah matang ‘massa’
• tekanan jiwa masyarakat
→ memuncak dan meledak
2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang-
orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang
berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll
D. Gerakan Massa
Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif
→ merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo
→ mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner
→ orang yang bersikap untung-untungan
→ lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak
dirugikan
Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan
Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan
individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang
pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam
kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan
secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan,
terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan
muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi
manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongan-
dorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan
pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the
ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya
terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the
super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang
merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota
masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang
baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu
berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai
perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari
bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan
merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat
muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah
dalam massa.
Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju
E. Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan
irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi
Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai
tujuan tersebut
Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan
sehingga pertimbangan kritis hilang
Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa
Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis
tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu,
yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung
dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya
melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.
Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan
collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon
dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law
mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa.
Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective
mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity),
tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan
(feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
Mengapa seseorang masuk dalam kelompok?
A. Mengapa seseorang masuk dalam kelompok?
Menurut Forsyth :
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (mis: rasa aman, cinta)
2. Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3. Kebutuhan akan informasi
Menurut Shaw :
1. Ketertarikan interpersonal
2. Aktivitas kelompok
3. Tujuan Kelompok
4. Keanggotaan kelompok
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (kemudahan-kemudahan
yang didapat dalam sebuah kelompok)
Menurut Robbins (1998) :
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan
Keuntungan Masuk Kelompok
1. Social interaction
2. Social support
- social approval (persetujuan dari lingkungan apa yang
dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok)
- belief confirmation
3. Group member characteristic
- competence
- physical attractiveness
Kerugian Masuk Kelompok
1. Primary tension
2. Personal investments → uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran bulanan, dll
3. Social rejection
4. Interference (campur tangan orang lain)
5. Reactance
FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation)
Teori 3 dimensi hubungan interpersonal dari William C Schultz, yaitu :
1. Need of inclusion (p- undersocial
- social
- oversocial
2. Need of control
- abdicrat
- democrat
- autocrat
4. Need of affection
- underpersonal
- personal
- overpersonal
B. Jenis-jenis Kelompok
1. Dyad → kelompok terdiri dari 2 orang
2. Kelompok kecil → kelompok primer dimana terjadi face to face, saling
tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat
3. Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas
4. Massa → sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur
Beberapa teori yang menjelaskan terbentuknya kelompok antara lain: (1) Teori Kontrak Sosial; (2) Teori Hasrat Sosial; (3) Teori Tenaga yang Menggabungkan; (4) Teori Kedekatan (Propinguity Theory); (5) Teori Keseimbangan; dan (6) Teori Alasan Praktis (Practical Theory). Bentuk-bentuk kelompok berdasarkan bentuk interaksi, latar belakang pembentukan kelompok, fungsi-fungsi yang ada dalam masyarakat, sifat-sifat kelompok dan sebagainya, adalah: (1) kelompok formal dan informal; (2) kelompok terbuka dan tertutup; (3) kelompok primer dan sekunder; serta (4) kelompok referensi. Kelompok informal terdiri dari 3 pola, yaitu: (1) klik mendatar (Horizontal Clique); (2) klik menegak (Vertical Clique); dan (3) klik acak (Random Clique). Kelompok referensi berfungsi sebagai: (1) fungsi perbandingan; dan (2) fungsi pengesahan sosial.
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
(Deptan. (1997). Modul Dinamika Kelompok. Jakarta: Badan Diklatluh. )
Menurut Forsyth :
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (mis: rasa aman, cinta)
2. Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3. Kebutuhan akan informasi
Menurut Shaw :
1. Ketertarikan interpersonal
2. Aktivitas kelompok
3. Tujuan Kelompok
4. Keanggotaan kelompok
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (kemudahan-kemudahan
yang didapat dalam sebuah kelompok)
Menurut Robbins (1998) :
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan
Keuntungan Masuk Kelompok
1. Social interaction
2. Social support
- social approval (persetujuan dari lingkungan apa yang
dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok)
- belief confirmation
3. Group member characteristic
- competence
- physical attractiveness
Kerugian Masuk Kelompok
1. Primary tension
2. Personal investments → uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran bulanan, dll
3. Social rejection
4. Interference (campur tangan orang lain)
5. Reactance
FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation)
Teori 3 dimensi hubungan interpersonal dari William C Schultz, yaitu :
1. Need of inclusion (p- undersocial
- social
- oversocial
2. Need of control
- abdicrat
- democrat
- autocrat
4. Need of affection
- underpersonal
- personal
- overpersonal
B. Jenis-jenis Kelompok
1. Dyad → kelompok terdiri dari 2 orang
2. Kelompok kecil → kelompok primer dimana terjadi face to face, saling
tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat
3. Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang sangat jelas
4. Massa → sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur
Beberapa teori yang menjelaskan terbentuknya kelompok antara lain: (1) Teori Kontrak Sosial; (2) Teori Hasrat Sosial; (3) Teori Tenaga yang Menggabungkan; (4) Teori Kedekatan (Propinguity Theory); (5) Teori Keseimbangan; dan (6) Teori Alasan Praktis (Practical Theory). Bentuk-bentuk kelompok berdasarkan bentuk interaksi, latar belakang pembentukan kelompok, fungsi-fungsi yang ada dalam masyarakat, sifat-sifat kelompok dan sebagainya, adalah: (1) kelompok formal dan informal; (2) kelompok terbuka dan tertutup; (3) kelompok primer dan sekunder; serta (4) kelompok referensi. Kelompok informal terdiri dari 3 pola, yaitu: (1) klik mendatar (Horizontal Clique); (2) klik menegak (Vertical Clique); dan (3) klik acak (Random Clique). Kelompok referensi berfungsi sebagai: (1) fungsi perbandingan; dan (2) fungsi pengesahan sosial.
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
(Deptan. (1997). Modul Dinamika Kelompok. Jakarta: Badan Diklatluh. )
Rabu, 27 Oktober 2010
Karakteristik Kelompok
B. Karakteristik Kelompok
Karakteristik kelompok secara umum menurut (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → pola hubungan yang stabil diantara anggota
Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
Norma : aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
Relasi antar anggota
3. Tujuan
Intrinsik
Ekstrinsik (tujuan bersama)
- faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
- memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : tingkat dimana kesatuan kekuatan tunggal menyatu
5. Ketergantungan dinamis
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
Karakteristik secara khusus menurut Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok :
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964).
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980). Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2. Faktor personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Menurut (Cragan & Wright, 1980) 2 dimensi interpersonal, yaitu :
1. Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati
2. Kebutuhan interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol, afeksi
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
(Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.)
Karakteristik kelompok secara umum menurut (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → pola hubungan yang stabil diantara anggota
Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
Norma : aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
Relasi antar anggota
3. Tujuan
Intrinsik
Ekstrinsik (tujuan bersama)
- faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
- memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : tingkat dimana kesatuan kekuatan tunggal menyatu
5. Ketergantungan dinamis
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
Karakteristik secara khusus menurut Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok :
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.
Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
1. Faktor situasional karakteristik kelompok:
a. Ukuran kelompok.
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.
b. Jaringan komunikasi.
Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.
c. Kohesi kelompok.
Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964).
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.
Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.
d. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980). Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.
2. Faktor personal karakteristik kelompok:
a. Kebutuhan interpersonal
William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Menurut (Cragan & Wright, 1980) 2 dimensi interpersonal, yaitu :
1. Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati
2. Kebutuhan interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol, afeksi
b. Tindak komunikasi
Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).
(Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.)
Selasa, 26 Oktober 2010
PENDEKATAN TERHADAP STUDI TENTANG KELOMPOK
PENDEKATAN TERHADAP STUDI TENTANG KELOMPOK
A. Pendekatan Terhadap Studi Tentang Kelompok
1. Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Penelitian awal dalam rangka pengkajian sintalitas kelompok-kelompok kecil (Cattel dan wispe, 1948: Cattel, saunders, dan stice, 1953) telah menghasilkan deskripsi sejumlah faktor yang diberi label seperti keterbukaan (ekstrovert responsiveness) versus penarikan diri (withdrawal): sifat santai yang sadar dan realistik (informed, realistic, relaxedness) versus sifat aggresif yang keras dan tegar (industrios, rigid aggresiveness): kesadaran akan tujuan ynag kuatdan pasti (vigorious unquestioned purposefulness) versus kekacauan yang penuh kesadaran diri (self-conscious unadaptedness) ketidakbenaran dalam komunikasi batin (diffidence in internal communication) dan sebagainya. Dengan adanya variabel – variabel sintalitas kelompok seperti ini dan tersedianya sarana untuk mengukur secara objektif, terbukalah kemungkinan untuk menyelidiki hubungan – hubungan antara kelompok – kelompok yang berlainan satu sama lain dalam hal dimensi – dimensi dan kepribadian individual anggotanya yang ditunjukan oleh sifat – sifat sumber sebagaimana telah kita bicarakan. (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
Sintalitas : kepribadian → kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok
Dimensi kelompok :
Cattel menyatakan bahwa kita dapat menggunakan dimensi-dimensi objektif untuk melukiskan kelompok-kelompok persis sama seperti cara kita mengunakan sifat-sifat untuk melukiskan individu-individu. Dimensi-dimensi ini mencerminkan sintalitas kelompok (Cattel, 1948) yang setara dengan kepribadian individu. Jadi, tugas penting orang yang ingin mempelajari kepribadian dalam hubungannya dengan matriks sosio-kultural adalh membuat deskripsi tentang sintalitas berbagai kelompok mempengaruhi kepribadian individu. Hanya dengan penyajian yang memadai tentang kepribadian individu dan sintalitas kelompok bersama-sama, seorang boleh berharap akan mencapai pengetahuan terinci tentang interaksi antara kedua struktur ini. (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
a. sifat-sifat sintalitas → pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan
terhadap kelompok lain dan lingkungannya
b. sifat-sifat struktur kelompok → hubungan antara anggota kelompok,
perilaku kelompok, pola organisasi kelompok
c. sifat-sifat populasi → sifat rata-rata anggota kelompok
(artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
Dinamika Sintalitas :
Cattell ( 1949 ) juga telah menyajikan seperangkat dimensi untuk melukiskan sintalitas bangsa – bangsa. Dalam hal ini, 10 faktor berhasil ditemukan, dari penelitian terhadap 70 bangsa dengan menggunakan 72 alat ukur yang berbeda – beda. Dari 10 faktor ini hanya 8 yang agaknya cukup penting, yakni besarnya, tekanan kultural, kemakmuran yang bebas dari kebodohan, ketekunan yang penuh pengertian, ketertiban dan disiplin diri, filistinisme – borjuis, buddhisme-mongolis, dan integrasi kultural serta semangat juang. Meskipun tidak semua, tetapi banyak dari antara dimensi sintalitas kebangsaan ini muncul kembali dalam penelitian – penelitian analisis faktor berikutnya tentang variabel – variabel ekonomi dan kultural baik di dalam masing – masing maupun antar bangsa – bangsa ( cattell dan adelson, 1951 ; Cattell, 1953; Cattell dan Gorsuch, 1956). (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
- eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
- kelompok-kelompok biasanya saling overlapping (artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
2. Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stogdill,
1956)
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan kelompok yang dioraganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill)
Dalam kaitannya dengan dinamika kelompok terdapat 4 (empat) tahapan pertumbuhan kelompok, yaitu: (1) tahap pembentukan rasa kekompakan; (2) tahap pancaroba; (3) tahap pembentukan norma, dan; (4) tahap berprestasi. Tahap pembentukan rasa kekompakan akan menghasilkan dua kondisi psikologis, yaitu saling mengenal secara pribadi di antara anggota kelompok dan menghilangkan kebekuan/kekakuan dalam interaksi antarindividu. Situasi tersebut akan menghasilkan kelompok yang kompak. Sedang tahap pancaroba setiap anggota diharapkan dapat menyatakan perasaannya dengan demikian semua anggota kelompok merasa menjadi satu kesatuan yang utuh. Pada tahap pembentukan norma, diharapkan terbentuk norma kelompok yang disepakati bersama untuk dijadikan pedoman berperilaku kelompok sehingga terbentuk kelompok yang sinergis. Pada tahap berprestasi merupakan situasi yang kelompoknya dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi
• (Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: Universitas Sriwijaya. )
• (Yusuf. Y. (1989). Dinamika Kelompok, Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi Sosial. Bandung: C.V. Armico. )
Dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi :
a. orientasi penguat → teori-teori tentang belajar
b. orientasi lapangan → teori-teori tentang interaksi
c. orientasi kognitif → teori-teori tentang harapan
(artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
3. Perbandingan kelompok
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Kelompok sosial selalu berubah, berkembang atau tumbuh karena pengaruh dari luar, yang mengakibatkan terjadinya proses formasi dan reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut. Berubahnya struktur kelompok dapat terjadi karena perubahan situasi, pergantian anggota kelompok dan perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Di dalam setiap sistem sosial dapat diidentifikasi adanya 3 (tiga) subsistem, yaitu subsistem teknologi, subsistem struktur dan subsistem tata nilai. Kategori ketiga subsistem tersebut dilandasi oleh kategori perilaku manusia, yaitu kelompok perilaku yang berhubungan dengan upaya untuk mencapai tujuan bersama dan kelompok perilaku yang berhubungan dengan kriteria manfaat atau kegunaan segala objek atau subjek perilaku. Stogdill berkeyakinan bahwa prestasi kelompok dapat dicapai dengan bentuk-bentuk linear yang diajukan secara berurutan, yaitu masukan (input), penengah/media (throughput) dan hasil (output). Input, throughput dan output merupakan komponen-komponen kelompok dalam proses pertumbuhan atau perkembangan kelompok. Model Stogdill memperlihatkan hubungan antara komponen-komponen penting, yaitu individu sebagai anggota kelompok (individual group members), lingkungan tugas (task environment), proses integrasi (integrative processes), pencapaian dan pengembangan (achievement and development), dan perubahan dalam anggota kelompok (changes in group members). Dimensi penengah (throughput) adalah komponen proses integrasi. Dimensi hasil (output) terdiri dari komponen pencapaian dan pengembangan serta perubahan dalam anggota kelompok.
• (Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: Universitas Sriwijaya. )
• (Yusuf. Y. (1989). Dinamika Kelompok, Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi Sosial. Bandung: C.V. Armico. )
Teori yang dikembangkan dewasa ini memberikan petunjuk tentang adanya lima teknik yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin selaku mediator dalam menangani konflik yang timbul. Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah:
a. kompetisis
b. kolaborasi
c. kompromi
d. pengelakan
e. akomodasi
Kompetisi. Persaingan yang sehat antar individu dalam kelompok kerja dan antar kelompok dapat merupakan daya yang kuat untuk meninbgkatkan prestasi kerja, produktivitas dan inovasi. Hanya saja, perlu ditekankan bahwa satu-satunya alasan untuk mendoronng persaingan itu adalah kepentingan organisasi bukan kepentingan individual atau kelompok.
Kolaborasi. Peranan seorang pemimpin selaku mediator dalam mengatasi konflik dengan mendorong kolaborasi antar individu atau antar kelompok dalam organisasi ternyata bermanfaat dan efektif apabila situasi yang dihadapi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- situasi yang dihadapi memerlukan ditemukannya jalan keluar yang integratif dalam hal terdapatnya dua kepentingan yang terlalu penting untuk dikompromikan;
- apabila sasaran yang ingin dicapai adalah menumbuhkan keinginan belajar diantara pihak-pihak yang terlibat;
- apabila konflik yang dihadapi menuntut penggabungan dari berbagai pandangan yang bertolak dari perspektif yang berbeda.
- situasi menntut adanya komitmen berbagai pihak dengan menginkorporasikan berbagai kepentingan menjadi kebersamaan.
- apabila hubungan kerja terganggu karena adanya persepsi yang berbeda-beda
Pengelakan. Teknik lain yang biasa digunakan adalah pengelakan. Teknik ini dipandang efektif apabila situasi konflik yang dihadapi mempunya tujuh sifat sebagai berikut:
- apabila diketahui bahwa permasalahan yang menimbulkan situasi konflik sesungguhnya tidak penting atau kalau dipandang ada paermasalahan lain yang dianggp lebih penting dan memerlukan penanganan segera;
- apabila pimpinan merasa bahwa pihak-pihak yang terlihat berpendapat bahawa kecil kemungkinan terjaminnya kepentingan mereka ;
- apabila disrupsi yang muncul lebih besar bobotnya daripada keuntungan yang mungkin diperoleh apabila konflik tidak diatasi
- apabila pihak-pihak yang terlibat memerlukan waktu untuk menenangkan diri dan perlu kesempatan berpikir dengan tenang guna memperoleh perspektif yang tepat;
- apabial kebutuhan akan informasi tambahan lebih penting dari adanya tindakan segera;
- apabila ada orang lain yang dapat menyelesaikan konflik itu dengan cara yang lebih efektif di luar pihak-pihak yang sekarang terlibat;
- apabila suatu konflik nampaknya hanya bersifat simptomatik dan konflik yang sesungguhnya belum menampakkan diri secara jelas.
Akomodasi. Teknik ini mendorong timbulnya sikap yang akomodatif diantara pihak-pihak yang terlibat dalam situasi konflik tertentu dan dipandang tepat digunakan apabila:
- pemimpin selaku mediator melihat bahwa salah satu pihak merasa salah dan perlu diberikan kesempatan untuk mendengar dan belajar dari piihak lain;
- terdapat perasaan dikalangan pihak-pihak yang terlibat bahwa ada hal-hal tertentu yang dipandang lebih penting bagi pihak lain ketimbang pihak sendiri yang berarti bahwa mendahulukan kepuasan pihak lain itu harus menjadi pertimbangan utama;
- membina iklim yang memungkinkan pihak lain menerima pandangan pihak sendiri jauh lebih penting dari tindakan segera;
- terdapat perasaan bahwa sangat penting memperkecil kerugian bagi diri sendiri karena ternyata pihak lain lebih kuat;
- keserasian dan stabilitas dipandang sangat bagi kehidupan organisasional;
- pimpinan merasa perlu memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan yang diperbuatnya yang menimbulkan situasi konflik tersebut.
Kompromi. Seorang pemimpin, alam usahanya mengatasi situasi konflik yang timbul di antara para anggotanya, dapat menggunakan teknik yang mendorong sikap yang kompromistik. Sebagaimana halnya dengan teknik-teknik lain yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai situasi konflik, ketepatan teknik ini pun sangat tergantung pada sifat situasi konflik yang dihadapi. Menurut teori, teknik ini tepat digunakan apabila situasi konflik yang hendak diatasi mempunyai lima sifat, yaitu:
- pencapaian sasaran tertentu memang penting akan tetapi tidak sedemikian pentingnya sehingga sikap yang tegas dan keras diperlukan;
- apabila pihak “lawan” dengan kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dimiliki oleh pihak sendiri sudah terikat pada tujuan tertentu yang sifatnya “mutually exclusive” dengan tujuan-tujuan lainnya;
- apabila pemecahan yang ingin dicapai bersifat sementara terhadap permasalahan yang sesungguhnya kompelks karena pemecahan tuntas terhadap permasalahan yang kompleks itu diperhitungkan justru akan mempertajam konflik yang telah ada;
- apabila pemecahan harus ditemukan dengan segera sehingga asal saja pemecahan itu memadai, pihak-pihak yang berkepentingan dapat menerimanya;
apabila yang diperlukan adalah tindakan pengamanan mungkin bersifat sementara karena cara lain seperti kolaborasi atau kompetisi tidak mendatangkan hasil yang diharapkan
2. Pendekatan Empiris
Darwin Cartwright dan Alvin Zander, dengan mengikhtisarkan hasil penemuan study-study yang dilakukan di research center for group dynamic mengemukakan,bahwa tujuan kelompok dapat dikelompokan dalam dua kategori :
1. Pencapaian tujuan khusus kelompok
2. Pemeliharaan atau penguatan kelompok itu sendiri
Menurut Cartwright dan Zander, jenis perilaku yang tercakup dalam pencapaian tujuan digambarkan melalui contoh-contoh ini : Manajer “mengawali tindakan,mengusahakan agar anggota tetp memusatkan perhatian pada tujuan, menjelaskan issue dan menyusun rencana prosedur”.
Sebaliknya, karakteristik perilaku yang membina kelompok adalah : Manajer “berusaha membina hubungan antar pribadi yang menyenangkan, menengahi pertikaian, memberikan dorongan, member kesempatan pada minoritas untuk didengar dan meningkatkan saling ketergantungan diantara anggota.
Pencapaian tujuan tampaknya sejalan dengan konsep tugas yang dibicarakan sebelumnya (orientasi autokratis dan produksi), sedangkan pembinaan kelompok sejalan dengan konsep hubungan (orientasi demokratis dan pegawai).
A. Pendekatan Terhadap Studi Tentang Kelompok
1. Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Penelitian awal dalam rangka pengkajian sintalitas kelompok-kelompok kecil (Cattel dan wispe, 1948: Cattel, saunders, dan stice, 1953) telah menghasilkan deskripsi sejumlah faktor yang diberi label seperti keterbukaan (ekstrovert responsiveness) versus penarikan diri (withdrawal): sifat santai yang sadar dan realistik (informed, realistic, relaxedness) versus sifat aggresif yang keras dan tegar (industrios, rigid aggresiveness): kesadaran akan tujuan ynag kuatdan pasti (vigorious unquestioned purposefulness) versus kekacauan yang penuh kesadaran diri (self-conscious unadaptedness) ketidakbenaran dalam komunikasi batin (diffidence in internal communication) dan sebagainya. Dengan adanya variabel – variabel sintalitas kelompok seperti ini dan tersedianya sarana untuk mengukur secara objektif, terbukalah kemungkinan untuk menyelidiki hubungan – hubungan antara kelompok – kelompok yang berlainan satu sama lain dalam hal dimensi – dimensi dan kepribadian individual anggotanya yang ditunjukan oleh sifat – sifat sumber sebagaimana telah kita bicarakan. (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
Sintalitas : kepribadian → kebersamaan, dinamika, temperamen dan kemampuan kelompok
Dimensi kelompok :
Cattel menyatakan bahwa kita dapat menggunakan dimensi-dimensi objektif untuk melukiskan kelompok-kelompok persis sama seperti cara kita mengunakan sifat-sifat untuk melukiskan individu-individu. Dimensi-dimensi ini mencerminkan sintalitas kelompok (Cattel, 1948) yang setara dengan kepribadian individu. Jadi, tugas penting orang yang ingin mempelajari kepribadian dalam hubungannya dengan matriks sosio-kultural adalh membuat deskripsi tentang sintalitas berbagai kelompok mempengaruhi kepribadian individu. Hanya dengan penyajian yang memadai tentang kepribadian individu dan sintalitas kelompok bersama-sama, seorang boleh berharap akan mencapai pengetahuan terinci tentang interaksi antara kedua struktur ini. (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
a. sifat-sifat sintalitas → pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan
terhadap kelompok lain dan lingkungannya
b. sifat-sifat struktur kelompok → hubungan antara anggota kelompok,
perilaku kelompok, pola organisasi kelompok
c. sifat-sifat populasi → sifat rata-rata anggota kelompok
(artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
Dinamika Sintalitas :
Cattell ( 1949 ) juga telah menyajikan seperangkat dimensi untuk melukiskan sintalitas bangsa – bangsa. Dalam hal ini, 10 faktor berhasil ditemukan, dari penelitian terhadap 70 bangsa dengan menggunakan 72 alat ukur yang berbeda – beda. Dari 10 faktor ini hanya 8 yang agaknya cukup penting, yakni besarnya, tekanan kultural, kemakmuran yang bebas dari kebodohan, ketekunan yang penuh pengertian, ketertiban dan disiplin diri, filistinisme – borjuis, buddhisme-mongolis, dan integrasi kultural serta semangat juang. Meskipun tidak semua, tetapi banyak dari antara dimensi sintalitas kebangsaan ini muncul kembali dalam penelitian – penelitian analisis faktor berikutnya tentang variabel – variabel ekonomi dan kultural baik di dalam masing – masing maupun antar bangsa – bangsa ( cattell dan adelson, 1951 ; Cattell, 1953; Cattell dan Gorsuch, 1956). (buku : teori sifat-sifat behavioristik)
- eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
- kelompok-kelompok biasanya saling overlapping (artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
2. Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stogdill,
1956)
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan kelompok yang dioraganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralp M.Stogdill)
Dalam kaitannya dengan dinamika kelompok terdapat 4 (empat) tahapan pertumbuhan kelompok, yaitu: (1) tahap pembentukan rasa kekompakan; (2) tahap pancaroba; (3) tahap pembentukan norma, dan; (4) tahap berprestasi. Tahap pembentukan rasa kekompakan akan menghasilkan dua kondisi psikologis, yaitu saling mengenal secara pribadi di antara anggota kelompok dan menghilangkan kebekuan/kekakuan dalam interaksi antarindividu. Situasi tersebut akan menghasilkan kelompok yang kompak. Sedang tahap pancaroba setiap anggota diharapkan dapat menyatakan perasaannya dengan demikian semua anggota kelompok merasa menjadi satu kesatuan yang utuh. Pada tahap pembentukan norma, diharapkan terbentuk norma kelompok yang disepakati bersama untuk dijadikan pedoman berperilaku kelompok sehingga terbentuk kelompok yang sinergis. Pada tahap berprestasi merupakan situasi yang kelompoknya dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi
• (Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: Universitas Sriwijaya. )
• (Yusuf. Y. (1989). Dinamika Kelompok, Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi Sosial. Bandung: C.V. Armico. )
Dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi :
a. orientasi penguat → teori-teori tentang belajar
b. orientasi lapangan → teori-teori tentang interaksi
c. orientasi kognitif → teori-teori tentang harapan
(artikel : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
3. Perbandingan kelompok
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Kelompok sosial selalu berubah, berkembang atau tumbuh karena pengaruh dari luar, yang mengakibatkan terjadinya proses formasi dan reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut. Berubahnya struktur kelompok dapat terjadi karena perubahan situasi, pergantian anggota kelompok dan perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Di dalam setiap sistem sosial dapat diidentifikasi adanya 3 (tiga) subsistem, yaitu subsistem teknologi, subsistem struktur dan subsistem tata nilai. Kategori ketiga subsistem tersebut dilandasi oleh kategori perilaku manusia, yaitu kelompok perilaku yang berhubungan dengan upaya untuk mencapai tujuan bersama dan kelompok perilaku yang berhubungan dengan kriteria manfaat atau kegunaan segala objek atau subjek perilaku. Stogdill berkeyakinan bahwa prestasi kelompok dapat dicapai dengan bentuk-bentuk linear yang diajukan secara berurutan, yaitu masukan (input), penengah/media (throughput) dan hasil (output). Input, throughput dan output merupakan komponen-komponen kelompok dalam proses pertumbuhan atau perkembangan kelompok. Model Stogdill memperlihatkan hubungan antara komponen-komponen penting, yaitu individu sebagai anggota kelompok (individual group members), lingkungan tugas (task environment), proses integrasi (integrative processes), pencapaian dan pengembangan (achievement and development), dan perubahan dalam anggota kelompok (changes in group members). Dimensi penengah (throughput) adalah komponen proses integrasi. Dimensi hasil (output) terdiri dari komponen pencapaian dan pengembangan serta perubahan dalam anggota kelompok.
• (Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapan dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: Universitas Sriwijaya. )
• (Yusuf. Y. (1989). Dinamika Kelompok, Kerangka Studi dalam Perspektif Psikologi Sosial. Bandung: C.V. Armico. )
Teori yang dikembangkan dewasa ini memberikan petunjuk tentang adanya lima teknik yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin selaku mediator dalam menangani konflik yang timbul. Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah:
a. kompetisis
b. kolaborasi
c. kompromi
d. pengelakan
e. akomodasi
Kompetisi. Persaingan yang sehat antar individu dalam kelompok kerja dan antar kelompok dapat merupakan daya yang kuat untuk meninbgkatkan prestasi kerja, produktivitas dan inovasi. Hanya saja, perlu ditekankan bahwa satu-satunya alasan untuk mendoronng persaingan itu adalah kepentingan organisasi bukan kepentingan individual atau kelompok.
Kolaborasi. Peranan seorang pemimpin selaku mediator dalam mengatasi konflik dengan mendorong kolaborasi antar individu atau antar kelompok dalam organisasi ternyata bermanfaat dan efektif apabila situasi yang dihadapi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- situasi yang dihadapi memerlukan ditemukannya jalan keluar yang integratif dalam hal terdapatnya dua kepentingan yang terlalu penting untuk dikompromikan;
- apabila sasaran yang ingin dicapai adalah menumbuhkan keinginan belajar diantara pihak-pihak yang terlibat;
- apabila konflik yang dihadapi menuntut penggabungan dari berbagai pandangan yang bertolak dari perspektif yang berbeda.
- situasi menntut adanya komitmen berbagai pihak dengan menginkorporasikan berbagai kepentingan menjadi kebersamaan.
- apabila hubungan kerja terganggu karena adanya persepsi yang berbeda-beda
Pengelakan. Teknik lain yang biasa digunakan adalah pengelakan. Teknik ini dipandang efektif apabila situasi konflik yang dihadapi mempunya tujuh sifat sebagai berikut:
- apabila diketahui bahwa permasalahan yang menimbulkan situasi konflik sesungguhnya tidak penting atau kalau dipandang ada paermasalahan lain yang dianggp lebih penting dan memerlukan penanganan segera;
- apabila pimpinan merasa bahwa pihak-pihak yang terlihat berpendapat bahawa kecil kemungkinan terjaminnya kepentingan mereka ;
- apabila disrupsi yang muncul lebih besar bobotnya daripada keuntungan yang mungkin diperoleh apabila konflik tidak diatasi
- apabila pihak-pihak yang terlibat memerlukan waktu untuk menenangkan diri dan perlu kesempatan berpikir dengan tenang guna memperoleh perspektif yang tepat;
- apabial kebutuhan akan informasi tambahan lebih penting dari adanya tindakan segera;
- apabila ada orang lain yang dapat menyelesaikan konflik itu dengan cara yang lebih efektif di luar pihak-pihak yang sekarang terlibat;
- apabila suatu konflik nampaknya hanya bersifat simptomatik dan konflik yang sesungguhnya belum menampakkan diri secara jelas.
Akomodasi. Teknik ini mendorong timbulnya sikap yang akomodatif diantara pihak-pihak yang terlibat dalam situasi konflik tertentu dan dipandang tepat digunakan apabila:
- pemimpin selaku mediator melihat bahwa salah satu pihak merasa salah dan perlu diberikan kesempatan untuk mendengar dan belajar dari piihak lain;
- terdapat perasaan dikalangan pihak-pihak yang terlibat bahwa ada hal-hal tertentu yang dipandang lebih penting bagi pihak lain ketimbang pihak sendiri yang berarti bahwa mendahulukan kepuasan pihak lain itu harus menjadi pertimbangan utama;
- membina iklim yang memungkinkan pihak lain menerima pandangan pihak sendiri jauh lebih penting dari tindakan segera;
- terdapat perasaan bahwa sangat penting memperkecil kerugian bagi diri sendiri karena ternyata pihak lain lebih kuat;
- keserasian dan stabilitas dipandang sangat bagi kehidupan organisasional;
- pimpinan merasa perlu memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan yang diperbuatnya yang menimbulkan situasi konflik tersebut.
Kompromi. Seorang pemimpin, alam usahanya mengatasi situasi konflik yang timbul di antara para anggotanya, dapat menggunakan teknik yang mendorong sikap yang kompromistik. Sebagaimana halnya dengan teknik-teknik lain yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai situasi konflik, ketepatan teknik ini pun sangat tergantung pada sifat situasi konflik yang dihadapi. Menurut teori, teknik ini tepat digunakan apabila situasi konflik yang hendak diatasi mempunyai lima sifat, yaitu:
- pencapaian sasaran tertentu memang penting akan tetapi tidak sedemikian pentingnya sehingga sikap yang tegas dan keras diperlukan;
- apabila pihak “lawan” dengan kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dimiliki oleh pihak sendiri sudah terikat pada tujuan tertentu yang sifatnya “mutually exclusive” dengan tujuan-tujuan lainnya;
- apabila pemecahan yang ingin dicapai bersifat sementara terhadap permasalahan yang sesungguhnya kompelks karena pemecahan tuntas terhadap permasalahan yang kompleks itu diperhitungkan justru akan mempertajam konflik yang telah ada;
- apabila pemecahan harus ditemukan dengan segera sehingga asal saja pemecahan itu memadai, pihak-pihak yang berkepentingan dapat menerimanya;
apabila yang diperlukan adalah tindakan pengamanan mungkin bersifat sementara karena cara lain seperti kolaborasi atau kompetisi tidak mendatangkan hasil yang diharapkan
2. Pendekatan Empiris
Darwin Cartwright dan Alvin Zander, dengan mengikhtisarkan hasil penemuan study-study yang dilakukan di research center for group dynamic mengemukakan,bahwa tujuan kelompok dapat dikelompokan dalam dua kategori :
1. Pencapaian tujuan khusus kelompok
2. Pemeliharaan atau penguatan kelompok itu sendiri
Menurut Cartwright dan Zander, jenis perilaku yang tercakup dalam pencapaian tujuan digambarkan melalui contoh-contoh ini : Manajer “mengawali tindakan,mengusahakan agar anggota tetp memusatkan perhatian pada tujuan, menjelaskan issue dan menyusun rencana prosedur”.
Sebaliknya, karakteristik perilaku yang membina kelompok adalah : Manajer “berusaha membina hubungan antar pribadi yang menyenangkan, menengahi pertikaian, memberikan dorongan, member kesempatan pada minoritas untuk didengar dan meningkatkan saling ketergantungan diantara anggota.
Pencapaian tujuan tampaknya sejalan dengan konsep tugas yang dibicarakan sebelumnya (orientasi autokratis dan produksi), sedangkan pembinaan kelompok sejalan dengan konsep hubungan (orientasi demokratis dan pegawai).
Minggu, 03 Oktober 2010
Orientasi teori dalam dinamika kelompok
D. Orientasi teori dalam dinamika kelompok
1. Tujuan → mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan dan membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
Tanggung jawab
Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya
Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan)
Meningkatkan kohesivitas kelompok
4. Prosedur pengambilan keputusan → tepat dan fleksibel
5. Kekuasaan dan pengaruh → keahlian kemampuan
6. Konflik → kontroversi ide / opini
Pemicu :
Kebutuhan
kelangkaan sumber daya (uang, power)
persaingan
Cara mengatasinya:
Harus bernegosiasi → sama-sama puas dan tidak memperlemah
Kerjasama
Saling ketergantungan
7. Kohesivitas meningkat
Saling menyukai
Ingin terus menjadi bagian kelompok
Puas terhadap keanggotaan
Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat.
8. Kemampuan memecahkan masalah
Merasakan adanya masalah
Mencari dan menetapkan solusi
Mengevaluasi efektivitas solusi
1. Tujuan → mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan dan membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
Tanggung jawab
Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya
Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan)
Meningkatkan kohesivitas kelompok
4. Prosedur pengambilan keputusan → tepat dan fleksibel
5. Kekuasaan dan pengaruh → keahlian kemampuan
6. Konflik → kontroversi ide / opini
Pemicu :
Kebutuhan
kelangkaan sumber daya (uang, power)
persaingan
Cara mengatasinya:
Harus bernegosiasi → sama-sama puas dan tidak memperlemah
Kerjasama
Saling ketergantungan
7. Kohesivitas meningkat
Saling menyukai
Ingin terus menjadi bagian kelompok
Puas terhadap keanggotaan
Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat.
8. Kemampuan memecahkan masalah
Merasakan adanya masalah
Mencari dan menetapkan solusi
Mengevaluasi efektivitas solusi
Pengertian Dinamika Kelompok
C. Pengertian Dinamika Kelompok
Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”.
Menurut Slamet Santoso (2004: 5), Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik.. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis..
Definisi singkat dinamika kelompok dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan
Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi
Nandang Rusmana, PPB-UPI, hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di
dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi didalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude didalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Dinamika Kelompok adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat didalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap kelompok lain. Dinamika Kelompok juga mencakup studi tentang
Cohesiveness, Leadership, Proses pengambilan keputusan dan pembentukkan subkelompok (J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology).
Slamet Santosa (2004: 5), mengartikan Dinamika Kelompok sebagai suatu
kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan
psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota
kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
Dinamika Kelompok adalah suatu Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota (Suardi: 1998).
Pada hakikatnya, Dinamika Kelompok mencakup proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat Deskriptif, tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam Keorganisasian-Keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.
Tokoh yang mempopulerkan istilah dinamika kelompok adalah Kurt Lewin, yaitu mengacu pada apa yang terjadi dalam situasi kelompok. Lewin penganut Psikologi Gestalt. Kelompok harus merupakan sebuah gestalt, yaitu sebuah konfigurasi yang mempunyai sebuah sistem kesatuan yang tidak dapat dipahami jika hanya merupakan satuan.
f : function
P : personal
E : environment
Perilaku kelompok dapat dilihat dari interaksi karakter personal dan interaksi
faktor-faktor lingkungan. Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok → level individu
2. Fokus pada variabel-variabel yang ada saat ini
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok
Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok
merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelaziman kelompok, hukum-hukum perkembangan dan hubungan dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.
Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna “Kekuatan” (force). “Dynamics is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”.
Menurut Slamet Santoso (2004: 5), Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik.. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok secara keseluruhan. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa Dinamika ialah kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis..
Definisi singkat dinamika kelompok dikemukakan oleh Jacobs, Harvill dan
Manson (1994); dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi
Nandang Rusmana, PPB-UPI, hubungan timbal balik kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada perkembangan kelompok.
Dinamika Kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di
dalam kelompok, tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi didalam kelompok, tentang teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude didalam kelompok (Benyamin B. Wolman, Dictionary of Behavioral Science).
Dinamika Kelompok adalah suatu penyelidikan tentang hubungan sebab akibat didalam kelompok; suatu penyelidikan tentang saling hubungan antar anggota di dalam kelompok; bagaimana kelompok terbentuk, dan bagaimana suatu kelompok berreaksi terhadap kelompok lain. Dinamika Kelompok juga mencakup studi tentang
Cohesiveness, Leadership, Proses pengambilan keputusan dan pembentukkan subkelompok (J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology).
Slamet Santosa (2004: 5), mengartikan Dinamika Kelompok sebagai suatu
kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan
psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain; antar anggota
kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.
Dinamika Kelompok adalah suatu Istilah yang digunakan untuk menghubungkan kekuatan-kekuatan aspek pekerjaan kelompok. Pada dasarnya, Dinamika Kelompok mengacu pada kekuatan Interaksional dalam kelompok yang ditata dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan para anggota (Suardi: 1998).
Pada hakikatnya, Dinamika Kelompok mencakup proses dan perasaan kelompok. Karenanya, lebih bersifat Deskriptif, tidak ada yang baik ataupun yang buruk. Dalam Keorganisasian-Keorganisasian juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok untuk proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kelompoknya.
Tokoh yang mempopulerkan istilah dinamika kelompok adalah Kurt Lewin, yaitu mengacu pada apa yang terjadi dalam situasi kelompok. Lewin penganut Psikologi Gestalt. Kelompok harus merupakan sebuah gestalt, yaitu sebuah konfigurasi yang mempunyai sebuah sistem kesatuan yang tidak dapat dipahami jika hanya merupakan satuan.
f : function
P : personal
E : environment
Perilaku kelompok dapat dilihat dari interaksi karakter personal dan interaksi
faktor-faktor lingkungan. Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok → level individu
2. Fokus pada variabel-variabel yang ada saat ini
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok
Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok
merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelaziman kelompok, hukum-hukum perkembangan dan hubungan dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.
memahami dan menjelaskan pengertian psikologi kelompok
B. Pengertian Kelompok
1. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatankekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.
2. Karakteristik atau ciri suatu Kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, yaitu:
1) Pengertian kelompok yang menekankan pada intertraksinya
a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi
satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi
dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut
2) Persepsi keanggotaan
a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan memberi reaksi satu dengan yang lain.
3) Kesaling ketergantungan
a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika
haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang lain
yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan tertentu.
4) Tujuan
a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
5) Motivasi
a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling
berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota.
b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
6) Organisasi keanggotaan
a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma yang mengatur tingkah
laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
Selain itu karakteristik kelompok adalah 1). Adanya interaksi, 2) adanya struktur, 3), Kebersamaan, 4). Adanya tujuan, 5) ada suasana kelompok, 6) dan adanya dinamika interdependensi.
Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.
1. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatankekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.
2. Karakteristik atau ciri suatu Kelompok menurut Shaw (1979: 6-10) ada 6, yaitu:
1) Pengertian kelompok yang menekankan pada intertraksinya
a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi
satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi
dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut
2) Persepsi keanggotaan
a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan memberi reaksi satu dengan yang lain.
3) Kesaling ketergantungan
a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika
haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang lain
yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan tertentu.
4) Tujuan
a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
5) Motivasi
a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling
berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota.
b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana
keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.
6) Organisasi keanggotaan
a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma yang mengatur tingkah
laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.
Selain itu karakteristik kelompok adalah 1). Adanya interaksi, 2) adanya struktur, 3), Kebersamaan, 4). Adanya tujuan, 5) ada suasana kelompok, 6) dan adanya dinamika interdependensi.
Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.
Psikologi Kelompok Psikologi Sosial
A. Psikologi Kelompok Psikologi Sosial
1. Perilaku kelompok dalam psikologi social
Definisi kelompok (group) ialah Sekumpulan orang yang terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang sama. Keterikatan mereka dalam unit (satuan) tersebut dapat di ukur menurut derajat koheren tertentu (entiativity).
Entiativity ialah seberapa penting kelompok terrsebut bagi anggotanya seberapa sering anggota berinteraksi satu sama lain, sejauh mana mereka berbagai tujuan atau hasil, seberapa besar persamaan diantara mereka, berapa lama mereka bersedia bertahan (lickel, 2000)
Baron & Byrne (1979) : kelompok memiliki 2 tanda psikologis, yaitu pertama, adanya sense of belonging ; kedua, nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota terkait dengan anggota yang lain.
Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melalui interaksi sosial.
Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan individu yang saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat tertentu.
Aspek-aspek atau unsure-unsur dalam kelompok yaitu:
a. Peran
Sets of behaverior that individual (or group of individuals) occupying specific positions within a group are expected to perform (B&B) specifically designed to differentiate among people eithin the group for the greater good of the group a whole (V&H) help to clarify the responsibilities and obligations of group members.
Peran anggota tak sama sebagian peran lebih di hargai & pemegangnya dihormati dapat status yang lebih tinggi (misal pemimpin). Peranan di mainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kamajuan kelompok).
Menurut Beal, Bohlen, dan Raudabaugh (1977: 103-104) membuat daftar peranan.
1) Peranan Individual : Usaha anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok, yang “berpusat pada individu”.
a) Aggressor berbuat macam-macam yaitu dengan cara merendahkan status yang lain, meolak nilai, tindakan atau perasaan yang lain; menyerang kelompok dan berupadaya mengakui kontribusi itu untuk dirinya.
b) Bloker (penghambat) cenderung bersikap negative dan secara kepala batu selalu menolak, membantah dan menentang tanpa asalan yang kuat dan berusaha mempertahankan atau membuka kembali persoalan yang sudah di tolak oleh kelompok.
c) Recognition seeker (penari muka) berusaha dengan berbagai cara menarik perhatian orang, sering dengan membual, melaporkan kehebatan pribadinya, bertindak dengan acara yang tidak biasa, berjuang untuk tidak di tempatkan pada posisi “rendah”.
d) Self confessor (pengungkap diri) menggunakan kesempatan yang disediakan oleh kelompok untuk mengungkapkan “perasaan” , “wawasan” , “ideologi” yang bersifat pribadi dan tidak ada sangkut pautnya dengam kelompok lainnya.
e) Playboy menunjukan ketidakacuhan terhaadap proses kelompok dengan sikap sinisme.
f) Dominator berusha menegakan otoritas atau superioritasnya ketika mengendalikan kelompok atau anggota-anggota tertentu. Dominasi ia dapat berbentuk kata-kata menjilat, menegaskan status yang tinggi perilaku otoritatif, merendakan kontribusi yang lain.
g) Help seeker berusaha menarik simpati dari kelompok yang lain atau dari seluruh kelompok dengan mengungkapkan rasa tidak aman, kebingungan atau ketidaktahuan.
h) Special interes pleader (sponsor kepentingan khusus) berbicara atas nama “orang kecil”, “masyarakat”, “kaum ibu” “buruh” dst. Biasanya menyembunyikan prasangka atau biasanya dalam bentuk stereotip yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
2) Pemeliharaan Kelompok
a) Encourager (penggalak) memuji, menyentuh dan menerima kontribusi anggota yang lain. Ia menunjukkan kehangatan dan kesetiakawanan dalam sikapnya terhadap anggota kelompok lain, memberikan penghargaan dan pujian dalam hal yang menunjukkan pengertian dan penerimaan terhadap pandangan, gagasan dan saran orang lain
b) Harmonizer (wasit) melerai pertikaian di anatara anggota-anggota yang lain, berusaha mendamaikan perbedaan, mengurangi ketegangan pada situasi konflik melalui kata-kata yang menentramkan.
c) Compromiser (kompromis) bekerja dari dalam konflik yang melibatkan gagasan atau atau posisi. Ia mungkin menawarkan kompromi yang rendah, mengakui kekeliruannya, mendisiplinkan diri untuk mempertahankan harmoni kelompok atau memilih sikap tengah-tengah dalam mengahadapi kelompok.
d) Gatekeeper and expediter (penjaga gawang) berusaha membuka saluran komuniksi dengan mendorong partisipasi yang lain (“kita belum mendengarkan pendapat tuan X”) atau dengan mengusulkan aturan arus komunikasi.
e) Standard setter or ego ideal (pembuat aturan) menetapkan criteria kelompok dalam menjalankan fungsinya atau menggunakan criteria dalam menilai kualitas proses kelompok.
f) Group observer and commentator (pengamat kelompok) menyimpan catatan beberapa aspek proses kelompok dan memberi data tersebut berikut penafsirannya untuk dipakai oleh kelompok dalam menilai prosedur.
g) Follower (pengikut) mengikuti gerakan kelompok, scara pasif menerima gagasan yang lain, berfungsi sebagai pendengar dalam diskusi dan pengambilan kesimpulan.
3) Tugas kelompok
Tugas kelompok ialah memecahkan masalah untuk memelihara masalah dan melahirkan gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan mengkoordinasi kegiatan yang menunjukkan tercapainya tujuan kelompok. Setiap anggota boleh menjalankan lebih dari satu peranan dalam kelompok.
a) Initiator-contribusi menyarankan atau mengusulkan kepada kelompok gagasan-gagasan baru atau cara baru berkenaan dengan masalah kelompok.
b) Information seeker (pencari informasi) meminta jelaskan saran yang diajukan ditinjau dari kecermatang, otoritasnya dan fakta yang berkenan dengan masalah yang dibicarakan.
c) Opinion seekaer (pencari pendapat) bukan hanya menanyakan fakta suatu kasus, tetapi juga penjelasan mengenai nilai yang relevan dengan usaha kelompok atau nilai-nilai yang mendasari saran yang duanjurkan atau saran alternative.
d) Information giver (pemberi informasi) memberikan fakta atau genelarisasi yang “otoritatif” atau menghubungkan pengalamannya sendiri dengnan masalah kelompok.
e) Opinion giver (pemberi informasi) menyatakan keyakinan atau pendapatnya yang relevan dengan saran yang diajurkan atau saran alternative. Yang menjadi pokok usulnya adalah apa yang harus menjadi pandangan kelompok, dan bukan fakta atau informasi yang relevan.
f) Elaborator(penjabar) menjabarkan saran-saran dengan contoh-contoh atau dengan makna yang luas, memberikan dasar rasional dari saran yang sudah dibuat dan berusaha menyimpulkan konseuensi gagasan atau saran itu jika diambil oleh kelompok.
g) Summarizer (penyimpul) mengumpulkan gagasan, saran dan komentar anggota kelompok dan keputusan kelompok untuk membantu menentukan di mana posisi kelompok dalam proses berpikir atau tindakannya.
h) Coordinator-integrator (pemandu) memperjelaskan hubungan di antara berbagai gagasan dan saran, berusaha mengambil gagasan-gagasan pokok dari kontribusi anggota dan mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan anggota atau subkelompok.
i) Orienter (pengarah) mendefinisikan posisi kelompok dalam bunganya dengan tujuan kelompok, titik tolak arah atau tujuan yang disepakati atau mengajukan pertanyaan tentang arah pembicara kelompok.
j) Disagger (pembantah) memberikan pandangan yang berbeda mengajukakn bantahan menunjukan kesalahan fakta atau penalaran.
k) Evaluator-critic (evaluator kritikus) mengukur prestasi kelompok berdasarkan serangkai standar kerja kelompok dalma korteks tugas kelompok. Ia dapat menilai atau mempertanyakan ”keprktisan”, “logika”, “fakta” atau “prosedr” saran atau unit diskusi kelompok.
l) Energizer (pendorong) kelompok untuk bertindak atau mengambil keputusan, berusaha mendorong kelompok untuk bergerak “lebih baik” atau “lebih cepat”.
b. Status
Position or rank within a group (B&B) mengindikasikan sebagai hasil dari intragroup social comparisons (yang dapat berubah dari waktu ke waktu).
c. Norma
Rules within a group indicating how its members should or sould not behave (B&B,p .479).
Shared belive about what is the appropriate conduct of a group member (V&H, p. 218)
d. Group cohesiveness
Essential property of a group that makes it act like a group (solidarity, esprit de corps, team spirit, morale): psychological proses that transform an aggregate of individual into a group (V&H)
Jenis kelompok lainya :
• Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal ataupun berinteraksi
• Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kurang berinteraksi
• Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau situasi Umum
• Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu
• Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal dalam suatu tempat
• Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama
1. Perilaku kelompok dalam psikologi social
Definisi kelompok (group) ialah Sekumpulan orang yang terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang sama. Keterikatan mereka dalam unit (satuan) tersebut dapat di ukur menurut derajat koheren tertentu (entiativity).
Entiativity ialah seberapa penting kelompok terrsebut bagi anggotanya seberapa sering anggota berinteraksi satu sama lain, sejauh mana mereka berbagai tujuan atau hasil, seberapa besar persamaan diantara mereka, berapa lama mereka bersedia bertahan (lickel, 2000)
Baron & Byrne (1979) : kelompok memiliki 2 tanda psikologis, yaitu pertama, adanya sense of belonging ; kedua, nasib anggota kelompok tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota terkait dengan anggota yang lain.
Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melalui interaksi sosial.
Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan individu yang saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat tertentu.
Aspek-aspek atau unsure-unsur dalam kelompok yaitu:
a. Peran
Sets of behaverior that individual (or group of individuals) occupying specific positions within a group are expected to perform (B&B) specifically designed to differentiate among people eithin the group for the greater good of the group a whole (V&H) help to clarify the responsibilities and obligations of group members.
Peran anggota tak sama sebagian peran lebih di hargai & pemegangnya dihormati dapat status yang lebih tinggi (misal pemimpin). Peranan di mainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kamajuan kelompok).
Menurut Beal, Bohlen, dan Raudabaugh (1977: 103-104) membuat daftar peranan.
1) Peranan Individual : Usaha anggota kelompok untuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok, yang “berpusat pada individu”.
a) Aggressor berbuat macam-macam yaitu dengan cara merendahkan status yang lain, meolak nilai, tindakan atau perasaan yang lain; menyerang kelompok dan berupadaya mengakui kontribusi itu untuk dirinya.
b) Bloker (penghambat) cenderung bersikap negative dan secara kepala batu selalu menolak, membantah dan menentang tanpa asalan yang kuat dan berusaha mempertahankan atau membuka kembali persoalan yang sudah di tolak oleh kelompok.
c) Recognition seeker (penari muka) berusaha dengan berbagai cara menarik perhatian orang, sering dengan membual, melaporkan kehebatan pribadinya, bertindak dengan acara yang tidak biasa, berjuang untuk tidak di tempatkan pada posisi “rendah”.
d) Self confessor (pengungkap diri) menggunakan kesempatan yang disediakan oleh kelompok untuk mengungkapkan “perasaan” , “wawasan” , “ideologi” yang bersifat pribadi dan tidak ada sangkut pautnya dengam kelompok lainnya.
e) Playboy menunjukan ketidakacuhan terhaadap proses kelompok dengan sikap sinisme.
f) Dominator berusha menegakan otoritas atau superioritasnya ketika mengendalikan kelompok atau anggota-anggota tertentu. Dominasi ia dapat berbentuk kata-kata menjilat, menegaskan status yang tinggi perilaku otoritatif, merendakan kontribusi yang lain.
g) Help seeker berusaha menarik simpati dari kelompok yang lain atau dari seluruh kelompok dengan mengungkapkan rasa tidak aman, kebingungan atau ketidaktahuan.
h) Special interes pleader (sponsor kepentingan khusus) berbicara atas nama “orang kecil”, “masyarakat”, “kaum ibu” “buruh” dst. Biasanya menyembunyikan prasangka atau biasanya dalam bentuk stereotip yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
2) Pemeliharaan Kelompok
a) Encourager (penggalak) memuji, menyentuh dan menerima kontribusi anggota yang lain. Ia menunjukkan kehangatan dan kesetiakawanan dalam sikapnya terhadap anggota kelompok lain, memberikan penghargaan dan pujian dalam hal yang menunjukkan pengertian dan penerimaan terhadap pandangan, gagasan dan saran orang lain
b) Harmonizer (wasit) melerai pertikaian di anatara anggota-anggota yang lain, berusaha mendamaikan perbedaan, mengurangi ketegangan pada situasi konflik melalui kata-kata yang menentramkan.
c) Compromiser (kompromis) bekerja dari dalam konflik yang melibatkan gagasan atau atau posisi. Ia mungkin menawarkan kompromi yang rendah, mengakui kekeliruannya, mendisiplinkan diri untuk mempertahankan harmoni kelompok atau memilih sikap tengah-tengah dalam mengahadapi kelompok.
d) Gatekeeper and expediter (penjaga gawang) berusaha membuka saluran komuniksi dengan mendorong partisipasi yang lain (“kita belum mendengarkan pendapat tuan X”) atau dengan mengusulkan aturan arus komunikasi.
e) Standard setter or ego ideal (pembuat aturan) menetapkan criteria kelompok dalam menjalankan fungsinya atau menggunakan criteria dalam menilai kualitas proses kelompok.
f) Group observer and commentator (pengamat kelompok) menyimpan catatan beberapa aspek proses kelompok dan memberi data tersebut berikut penafsirannya untuk dipakai oleh kelompok dalam menilai prosedur.
g) Follower (pengikut) mengikuti gerakan kelompok, scara pasif menerima gagasan yang lain, berfungsi sebagai pendengar dalam diskusi dan pengambilan kesimpulan.
3) Tugas kelompok
Tugas kelompok ialah memecahkan masalah untuk memelihara masalah dan melahirkan gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan mengkoordinasi kegiatan yang menunjukkan tercapainya tujuan kelompok. Setiap anggota boleh menjalankan lebih dari satu peranan dalam kelompok.
a) Initiator-contribusi menyarankan atau mengusulkan kepada kelompok gagasan-gagasan baru atau cara baru berkenaan dengan masalah kelompok.
b) Information seeker (pencari informasi) meminta jelaskan saran yang diajukan ditinjau dari kecermatang, otoritasnya dan fakta yang berkenan dengan masalah yang dibicarakan.
c) Opinion seekaer (pencari pendapat) bukan hanya menanyakan fakta suatu kasus, tetapi juga penjelasan mengenai nilai yang relevan dengan usaha kelompok atau nilai-nilai yang mendasari saran yang duanjurkan atau saran alternative.
d) Information giver (pemberi informasi) memberikan fakta atau genelarisasi yang “otoritatif” atau menghubungkan pengalamannya sendiri dengnan masalah kelompok.
e) Opinion giver (pemberi informasi) menyatakan keyakinan atau pendapatnya yang relevan dengan saran yang diajurkan atau saran alternative. Yang menjadi pokok usulnya adalah apa yang harus menjadi pandangan kelompok, dan bukan fakta atau informasi yang relevan.
f) Elaborator(penjabar) menjabarkan saran-saran dengan contoh-contoh atau dengan makna yang luas, memberikan dasar rasional dari saran yang sudah dibuat dan berusaha menyimpulkan konseuensi gagasan atau saran itu jika diambil oleh kelompok.
g) Summarizer (penyimpul) mengumpulkan gagasan, saran dan komentar anggota kelompok dan keputusan kelompok untuk membantu menentukan di mana posisi kelompok dalam proses berpikir atau tindakannya.
h) Coordinator-integrator (pemandu) memperjelaskan hubungan di antara berbagai gagasan dan saran, berusaha mengambil gagasan-gagasan pokok dari kontribusi anggota dan mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan anggota atau subkelompok.
i) Orienter (pengarah) mendefinisikan posisi kelompok dalam bunganya dengan tujuan kelompok, titik tolak arah atau tujuan yang disepakati atau mengajukan pertanyaan tentang arah pembicara kelompok.
j) Disagger (pembantah) memberikan pandangan yang berbeda mengajukakn bantahan menunjukan kesalahan fakta atau penalaran.
k) Evaluator-critic (evaluator kritikus) mengukur prestasi kelompok berdasarkan serangkai standar kerja kelompok dalma korteks tugas kelompok. Ia dapat menilai atau mempertanyakan ”keprktisan”, “logika”, “fakta” atau “prosedr” saran atau unit diskusi kelompok.
l) Energizer (pendorong) kelompok untuk bertindak atau mengambil keputusan, berusaha mendorong kelompok untuk bergerak “lebih baik” atau “lebih cepat”.
b. Status
Position or rank within a group (B&B) mengindikasikan sebagai hasil dari intragroup social comparisons (yang dapat berubah dari waktu ke waktu).
c. Norma
Rules within a group indicating how its members should or sould not behave (B&B,p .479).
Shared belive about what is the appropriate conduct of a group member (V&H, p. 218)
d. Group cohesiveness
Essential property of a group that makes it act like a group (solidarity, esprit de corps, team spirit, morale): psychological proses that transform an aggregate of individual into a group (V&H)
Jenis kelompok lainya :
• Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal ataupun berinteraksi
• Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kurang berinteraksi
• Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau situasi Umum
• Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu
• Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal dalam suatu tempat
• Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama
Langganan:
Postingan (Atom)