Di Indonesia banyak anak autis yang tidak terdiagnosis secara tepat. Mereka biasanya dianggap anak yang menderita retardasi mental berat. Beberapa tahun terakhir perhatian terhadap anak autism akin baik, apalagi setelah bidang psikiatri anak makin berkembang.
Pendidikan anak autis biasanya dicampur dengan anak-anak retardasi mental biasa. Hal ini mungkin, karena kelangkaan kasus yang ada. Tentu saja ini tidak ideal, karena anak autis memerlukan pendidikan yang bersifat One To One (Satu Guru Untuk Satu Anak) dan hal ini sangat mahal.
Beberapa tahun yang lalu, seorang kepala sekolah SLB, Bapak J. Saragi, merasa sangat prihatin melihat penanganan anak autis yang demikian “Terlantar”. Bersama dengan beberapa orang tua yang mempunyai anak autis, pada tahun 1990 ia mendirikan Yayasan Nirmala Nugraha yang tujuan utamanya untuk membantu anak autis.
Maka berdirilah sebuah sekolah dan day care center, dimana anak-anak autis di didik dari pukul 08.00 – 16.00. Fasilitasnya sangat sederhana. Gedungnya lebih menyerupai sebuah gudang dari tripleks yang disekat-sekat untuk ruangan kelas. Saat ini ada 15 anak autis yang bersekolah di sana, dengan variasi umur antara 5 dan 17 tahun. Ada 11 orang guru yang semuanya lulusan SGPLB. Jadi praktis satu guru mendidik satu anak (Maksimal 2). Guru-gurunya masih sangat muda. Meskipun mereka tidak mempunyai pendidikan khusus untuk anak autis, semuanya berdedikasi tinggi. Kepala sekolahnya, Prita Paramita (22), ramah dan begitu hangat memberikan perhatian bagi setiap anak didiknya.
Saat ini sekolah anak autis berlokasi di Jl. Terogong Raya No. 16, Cilandak, Jakarta Selatan. Namun di kemudian hari ada niat untuk membangun “Kampus” khusus di Cinere. Kendala utamanya tentu saja dalam pembiayaan. Pendidikan anak autis memang sangat mahal.
(buku : Kumpulan Artikel Psikologi anak 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar